Senin, 18 April 2011

Kiat bercinta, menerima apa adanya

Sikap saling menerima apa adanya harus menjadi pegangan bagi mereka yang menjalani kehidupan rumah tangga. Setiap sesuatu yang diterima apa adanya, maka akan terasa nikmat meskipun itu adalah sesuatu yang sangat sederhana. Sebaliknya, segala sesuatu yang kurang diterima apa adanya, tidak akan terasa nikmat meskipun itu adalah sesuatu yang istimewa.
Dalam masalah ekonomi, setiap orang tidaklah sama jatah atau pendapatanya. Karena itu seorang istri harus pandai bersikap. Dia harus mampu menenangkan hati suaminya dan memberikan spirit kesabaran akan adanya rizki yang dirasa kurang. Dia juga dituntut mampu memperlihatkan sikap menerima apa adanya, agar sang suami tidak gundah dan tertekan. Pertanyaanya, adakah wanita seperti ini? Jawabanya, tentu saja masih ada, selama kemauan dari diri Anda sendiri.
Istri yang baik tidak akan melakukan hal-hal yang akan menyakiti suaminya. Sebaliknya, dia akan selalu bersikap positif. Jika seorang istri dapat mengendalikan akal dan nafsunya, maka ia tidak akan membebani suaminya untuk mencari uang dengan cara-cara negatif, demi untuk memuaskan keinginannya. Banyak sekali koruptor yang melakukan korupsi gara-gara desakan gengsi dan prestise, terutama desakan istrinya untuk membeli ini dan membeli itu.
Ada sebuah kisah yang dapat diambil hikmahnya. Suatu hari, Ali ibn Abi Thalib terkejut melihat wajah istrinya, Fatimah, yang pucat pasi. Ali bertanya “Wahai istriku, mengapa wajahmu sangat pucat?”
“Sudah tiga hari saya tidak makan, karena tidak sesuap makananpun yang ada di rumah kita,” jawab Fatimah dengan nada lembut.
“Mengapa engkau tidak memberitahu aku,” tanya Ali.
“Karena ayahku (Nabi Saw) menasehatiku pada malam perkawinanku: ‘Wahai Fatimah, jika Ali membawa makanan untukmu, maka makanlah. Tetapi jika tidak membawa apapun, maka janganlah engkau memintanya’”.
Fatimah memang luar biasa! Mari kita berlomba-lomba menirunya.
Yang perlu dicatat. Jika peran istri telah di lakukan dengan benar, maka sorang suami wajib menerima. Misalnya, jika sang istri sudah berusaha masak dengan baik, tapi ternyata masih kurang memenuhi selera, maka harus diterima dengan lapang dada. Tidak perlu dicela atau dicaci. Karena hal itu akan membuat sakit hatinya.
Sikap saling menerima sebenarnya tidak hanya dalam masalah ekonomi, tetapi juga dalam segala hal. Pasangan suami-istri harus selalu menerima kekurangan dan kelebihan masing-masing, sebagaimana diperintahkan oleh Allah Swt. Ketika Allah Swt menjelaskan masalah pernikahan, beliau menjelaskan dalam dua kata, yaitu “mawaddah” yang artinya mencintai karena kelebihanya, dan juga kata “rahmah” yang artinya mencintai kekurangannya. Surat Ar-Rum ayat 21 ini memberikan pesan implisit kepada kita: “Jika Anda ingin bahagia, maka dua tips dari Zat Yang Maha Pencipta cinta ini harus selalu dipegang teguh; mawaddah dan rahmah”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar