v Thoharoh
اَلطَّهَارَةُ | : Menghilangkan hadats atau najis atau perbuatan yang searti dengan keduanya seperti tayammum. |
اَلْمَاءُ المُطْلَقُ | : Air yang tidak terikat dengan nama tertentu yang selalu melekat. |
اَلْمُسْتَغْنَى عَنْهُ | : Benda-benda yang bisa terhindar dari air, seperti lumut. |
اَلتّغَيَّرُ الْحسّيُّ | : Perubahan sifat-sifat air yang dapat dilihat. |
التَّغيُّر التَقْديْريّ | : Perubahan pada air yang tidak yang dapat dilihat. |
المُخَالطُ | : Benda yang campur dengan air (tidak bisa dipisahkan). |
المجور | : Benda yang tidak larut dalam air (Bisa dipisahkan atu dibedakan dengan air). |
المائع | : Barang cair. |
الجامد | : Bukan benda cair. |
مَاءُ الثّلْجِ | : Air yang turun dari langit dalam keadaan cair kemudian setelah sampai di bumi menjadi beku. |
مَاءُ الْبَرَدِ | : Air yang turun dari langit dalam keadaan membeku kemudian setelah jatuh ke bumi menjadi cair. |
v Wudlu’
الوُضُوءُ | : Nama dari perbuatan-perbuatan tertentu yang terdiri dari rukun, syarat, kesunnahan dan hal-hal yang dimakruhkan. |
الوَضُوءُ | : Air yang disediakan untuk wudlu’. |
اَلْمُحْدِثْ | : Orang yang mempunyai hadats. |
الْكَشْفِيَّةِ | : Rambut yang tebal. |
الخَفيْفَةُ | : Rambut tipis. |
الشّكُّ | : Kebimbangan yang didasar-kan bukti. |
إطالَةُ الغُرَّةِ | : Menambah basuhan pada muka melebihi kewajiban. |
إطالَةُالتََّحْجِيْلِ | : Berarti menambah basuhan pada kaki dan tangan, melebihi kewajiban yang ada. |
الوَسْوَسُ | : Kebimbangan mengikuti kata hati tanpa dasar atau bukti. |
v Ghuslu (Mandi)
الغُسْلُ | : Mengalirkan air ke seluruh tubuh dengan disertai niat tertentu. |
الغِسْلُ | : Perkara yang dicampurkan ke dalam air yang digunakan untuk mandi seperti daun, sabun dll. |
المَنِي المُسْتَحْكِم | : Mani yang keluar secara normal. |
المَنِي غَيْرُ المستحكم | : Mani yang keluar secara tidak normal/sakit seperti ketika kantong sperma pecah. |
الدَّلْكُ | : Menggosok anggota badan ketika mandi. |
الْحَيْضُ | : Darah yang keluar dari farji (Vagina) wanita yang sudah berumur sembilan tahun atau kurang sedikit (Kurang 16 hari) tidak karena sakit dan tidak karena baru melahirkan. |
الإتِّصالُ المُعْتادُ | : Terus menerus mengeluar-kan darah, yaitu sekira kapas dimasukkan ke dalam farji (vagina) masih ada darahnya. |
النِّفاسُ | : Darah yang keluar dari farji (vagina) wanita setelah melahirkan. |
الإسْتِحاضَةُ | : Darah yang keluar dari farji (vagina) wanita selain haidl & nifas. |
v Najasah
النَّجاسَةُ | : Benda-benda menjijikkan yang mencegah sahnya sholat ketika tidak ada hal-hal yang meringankan. |
رُطوْبَةُ الْفرْجِ | : Cairan (keringat) vagina. |
النَّجاسَةُ الْعَيْنِيَّةُ | : Najis yang dapat dilihat, dirasa dan di cium. |
النجاسة الحكمية | : Najis yang tidak bisa dideteksi oleh panca indra. |
النَّجاسَة المُخَفَّفَةُ | : Najis yang berupa air kencing anak laki-laki di bawah usia dua tahun yang hanya mengkonsumsi ASI dan obat-obatan. |
النَّجاسَةُ المُغَلَّظَةُ | : Najis babi atau anjing atau keturunan kedua binatang tersebut. |
النَّجاسَة المتوسطة | : Najis selain mugholladzoh dan mukhoffafah. |
عُمُومُ الْبَلْوَىُ | : Kejadian yang sering terjadi dan sulit untuk dihindari. |
v Tayammum
الْفَقْدُ الشَّرْعِىّ | : Menemukan air dan memung kinkan untuk memakainya, namun dilarang oleh syara’. |
الفَقْدُ الْحِسّىِّ | : Tidak adanya air. |
التُّرَابُ المُسْتَعْمَلُ | : Debu yang telah digunakan untuk mengusap anggota tayyamum baik yang masih melekat pada anggota atau sudah rontok. |
حَدُّ الْغَوْثِ | : Batas kewajiban mencari air, dengan kira-kira hentakan anak panah. |
حدُّ الْقُرْبِ | : Batas diwajibkan mencari air. |
حدُّ البُعْدِ | : Batas tidak wajib mencari air meskipun ada air. |
فاقدُ الطّهُورَيْنِ | : Orang yang tidak menemukan dua alat bersuci (air & debu) |
الْجبيرة | : Bambu yang digunakan sebagai penutup luka. |
العِصابَةُ | : Pembalut luka |
الغبار | : Debu halus. |
v Sholat
الفَجْرُ الصَّادِقِ | : Fajar yang sinarnya melintang dari utara ke selatan di ufuk sebelah timur. |
الفجر الكاذب | : Fajar yang keluar sebelum fajar shodiq, namun sinarnya membujur ke atas. |
الوُجوْبُ المُوَسَّعُ | : Wajib yang masih panjang atau lama waktunya. |
الرَوَاتِبُ | : Sholat sunnah yang mengikuti sholat fardlu. |
الرواتب المؤكد | : Sholat sunnah yang waktunya mengikuti sholat fardlu dan dijadikan runtinitas oleh Nabi. |
النَفْلُ المُطْلَقُ | : Sholat sunnah yang tidak mempunyai sebab dan tidak ditentukan waktunya. |
المَأموْمُ المُوافِقُ | : Ma’mum yang menemukan waktu yang cukup untuk membaca Al-Fatihah. |
بَطِئُ القِرَاءةِ | : Orang yang lambat bacaannnya. |
نية المفارقة | : Niat untuk berpisah dengan imam. |
بَلَدُ الجُمْعَةِ | : Tempat pemukiman Ahlu Jum’at baik berupa balad, qoryah atau mishir. |
البَلَدُ | : Pemukiman yang terdapat salah satu dari hakim syar’i, polisi atau pasar. |
القَرْيَةُ | : Pemukiman yang tidak terdapat hakim syar’i, polisi dan pasar. |
المِصْرُ | : Pemukiman yang terdapat hakim syar’i, polisi, pasar. |
سورُ البَلدِ | : Batas balad (Desa). |
v Janazah
الجَنازَةُ | : Mayat yang ada dalam keranda. |
الجِنازَةُ | : Keranda mayat. |
أهْلُ الفَرْضِ | : Orang yang berkewajiban sholat janazah dan dapat menggugurkan kewajiban. |
السّقْطُ | : Orok yang keluar sebelum masa enam bulan. |
الشّق | : Liang cempuri. |
اللحد | : Liang lahat. |
النّوح / النِّياحة | : Menyebut-nyebut kebaikan mayat dengan suara keras, yang menimbulkan kesan tidak rela atas kepergiannya. |
التّعزية | : Melayat dengan disertai nasihat untuk bersabar atas musibah. |
الشّهيد | : Orang yang mati syahid. |
v Zakat
النصاب | : Batas (ukuran) kewajiban mengeluarkan zakat. |
الحول | : Satu tahun penuh, sebagai batas waktu mengeluarkan zakat. |
القوت | : Bahan makanan pokok. |
الفقراء | : Orang yang tidak mempunyai harta dan pekerjaan yang mencukupi kehidupannya. |
المساكين | : Orang yang mempunyai harta namun belum mencukupi kebutuhan secara sempurna. |
العامل | : Orang yang diangkat Imam untuk mengurusi zakat. |
الغريم | : Orang yang hutang karena ada hal yang dibenarkan syara’. |
المؤلّف | : Orang yang baru masuk Islam dan masih lemah imannya. |
التّجارة | : Berdagang dengan tujuan mendapatkan laba dengan disertai niat. |
ابن السّبيل | : Orang yang melewati baladuz zakat dengan perjalanan yang diperbolehkan oleh syara’. |
سبيل الله | : Pasukan perang yang tidak tercatat dalam buku daftar tentara yang mendapatkan gaji. |
المعدن | : Harta tambang berupa emas dan perak. |
الرّكاز الجاهِليّة | : Harta yang disembunyikan di dalam tanah oleh orang-orang jahiliyah |
المُعْسِرُ | : Orang yang tidak mempunyai kelebihan untuk makan dirinya dan keluarganya di waktu siang dan malam. |
v Shoum
الصّوم | : Menahan diri dari sesuatu yang membatalkan puasa mulai Shubuh sampai Maghrib dengan niat tertentu. |
السَحور | : Makan ketika sahur |
تَبْيِيتُ النّيَةِ | : Melakukan niat di malam hari. |
اليَوْمُ الشّكُّ | : Tanggal 30 Sya’ban. |
العاشُوراء | : Hari ke 10 atau tanggal 10 bulan Muharrom. |
اليوْمُ البيض | : Hari atau tanggal ke 13, 14, 15 setiap bulan. |
اليَوْم التّشْرِيكُ | : Tiga hari setelah hari raya Qurban (tanggal 11, 12 dan 13 Dzul Hijjah). |
الوِصال | : Puasa dua hari ke atas dan malamnya tanpa makan dan minum. |
النُّخامَة | : Dahak yang berasal dari otak atau perut. |
المشقة الشديدة | : Kepayahan yang berat sampai batas diperbolehkan bertayamum. |
المرض اليسير | : Sakit yang ringan sehingga belum diperbolehkan tayamum. |
الفدية | : Denda sebab tidak melakukan puasa berupa satu mud (sekitar 7 ons) dari makanan pokok. |
الكفارة | : Denda sebab menyalahi aturan puasa dengan sebab jima’ (bersetubuh). |
الثقب | : Lubang yang sangat kecil yang berada dikulit dan tidak bisa dilihat (pori-pori) |
v Haji
الحَجّ | : Ibadah menuju Baitu Allah dalam rangka mengerjakan rangkaian manasik. |
التّمتُّع | : Haji dengan cara menyelesaikan ibadah haji terlebih dahulu kemudian baru melaksanakan ihram umrah. |
الإفراد | : Melaksanakan ihram umrah terlebih dahulu kemudian baru melaksanakan ihram haji. |
القِرَنُ | : Melakukan ihram haji dan umrah secara bersamaan. |
المَرْمى | : Lubang tempat berkumpulnya kerikil pelempar jumrah. |
طواف إفاضة | : Thawaf yang dilakukan setelah wuquf. |
طواف قدوم | : Thawaf yang dikerjakan saat datang ke Makkah. |
طواف وداع | : Thawaf yang dikerjakan karena pergi meninggalkan mekkah. |
التَّحلّلُ الأوّلُ | : Perbuatan yang mengakibat-kan diperbolehkan melakukan semua larangan ihram kecuali nikah dan bersetubuh dengan mengerjakan dua diantara tiga perbuatan, yaitu; Melempar jumrah pada tanggal 10 Dzulhijjah, Mencukur rambut paling sedikit tiga helai dan Thawaf Ifadloh. |
التّحلُّل الثّانى | : Melakukan satu perbuatan lagi diantara tiga perbuatan yang dilakukan, maka ia bebas dari semua larangan ihram. |
لُبْسُ المَحيْطِ | : Memakai sesuatu yang melingkari badan dengan cara dijahit, ditenun. |
دَمُ التّرْتِيبُ | : Denda yang wajib dilaksanakan dengan cara menyembelih hewan yang memenuhi syarat qurban. |
دم التّخْيِيرُ | : Denda yang boleh diganti dengan yang lain meskipun bisa menemukannya. |
دمُ التّعْدِيلِ | : Denda yang diganti dalam bentuk bahan makanan yang dibeli dengan nilainya hewan yang wajib di bayar. |
v Jual Beli (Bai’)
البَيْعُ | : Melakukan akad untuk memilikkan barang dengan menerima harga atas dasar saling ridlo atau ijab qobul pada dua jenis harta. |
الثَّمَنُ | : Harga (mata uang) yang disepakati oleh kedua pihak. |
المالُ | : Sesuatu yang bisa dimiliki barangnya. |
المُتَموَّلُ | : Sesuatu yang punya nilai. |
خيارُ المَجْلِسُ | : Waktu terbatas yang diperbolehkan menetukan dua pilihan. |
خيار الشرْط | : Kesepakatan dua belah pihak atas waktu (3 hari) untuk menentukan pilihan antara meneruskan atau membatalkan transaksi. |
خِيارُ العَيْب | : Hak pilih untuk mengembali-kan barang yang disebabkan aib (cacat). |
العَقْد الفاسِدُ | : Akad yang rusak. |
الفَسْخُ | : Membatalkan transaksi. |
ثمن المثل | : Harga yang berlaku pada sebuah tempat dan waktu. |
العَقْد الجائزُ مِن الطّرَفَيْن | : Akad yang mana kedua belah pihak boleh membatal-kan transaksi kapan saja. |
العقْد اللازِمُ مِن الطّرَفَيْن | : Akad dimana kedua pihak boleh membatalkan transaksi. |
العَقدُ اللازِمُ من احدها | : Akad dimana salah satu kedua pihak boleh meng-gagalkan. |
العَقدُ اللازِمُ من احدها مع اختِلافٍ في الأخَرِ | : Akad dimana kedua pihak boleh menggagalkan dan pihak yang lain masih dipersilisihkan. |
بيعُ المُعاطَة | : Transaksi Jual beli tanpa menggunakan ijab qobul. |
بيْعُ الإسْتِجْرارِ | : Transaksi jual beli dengan cara pembeli mengambil barang sedikit demi sedikit. |
بيع المُرابَحة | : Menjual barang dengan harga yang lebih tinggi dari harga pembelian. |
بيع الدّين بِالدّيْن | : Menjual tanggungan dengan tanggungan lain. |
بيعُ العَرايا | : Menjual anggur atau kurma yang masih di atas pohon dengan anggur atau kurma yang kering. |
بيع المَلاقِيح | : Menjual janin dalam kandungan. |
بيع حَبْلِ الحبَلة | : Menjual anak dari anaknya binatang yang akan dilahirkan. |
بيع الصّرف | : Menjual mata uang dengan mata uang. |
تَفْرِيق الصّفْقَة | : Menjual dua benda yang sah dijual dan benda yang tidak sah dijual secara bersmaan, dalam satu akad. |
v Macam-Macam Riba
رِبا الفَضْل | : Penjualan barang ribawi dengan ada kelebihan tsaman atau mabi’. |
ربا اليد | : Penjualan barang ribawi tanpa ada penyerahan dari kedua belah pihak. |
ربا النّساء | : Penjualan barang ribawi dengan tempo. |
رِبا القَرْْضِ | : Hutang dengan mensyarat-kan keuntungan bagi pemberi piutang. |
v Hijr
الحِجْر | : Pencegahan penggunaan harta. |
أهْلِيّةُ التَبرُّع | : Orang yang berhak meng-gunakan harta untuk hal-hal yang tidak ada gantinya. |
المُفْلِس | : Orang yang punya hutang banyak. |
التَبْذيْرُ | : Menggunakan harta bukan pada tempatnya. |
الرُشْدُ | : Pandai dalam penggunaan harta dan melaksanakan segala tuntunan agama. |
السفيه | : Lemah IQ-nya. |
اتِحادُ القابِضِ والمُقْبِض | : Berstatus sebagai penerima dan sekaligus menyerahkan. |
v Shuluh (Perdamaian)
الصُلْحُ | : Perdamaian. |
الصُُلْحُ المُعاوَضَة | : Akad shuluh dengan cara mengganti barang yang disengketakan. |
الصلح الحَطيْطَة | : Akad shuluh dengan cara mengambil sebagian barang yang disengketakan. |
v Ijaroh (Sewa)
الإجارَةُ | : Akad sewa. |
إِجارَةُ عيْنٍ | : Akad sewa manfaat yang berhubungan langsung dengan sesuatu yang telah disewa. |
إجارة في الذّمّةِ | : Akad sewa benda yang tidak berhubungan langsung dengan sesuatu yang disewa tapi manfaatnya masih dalam tanggungan. |
أُجْرةُ الْمِثْلِ | : Ongkos yang berlaku pada sebuah daerah dan pada waktu itu. |
v Hibah (Pemberian Cuma-Cuma)
الهبَةُ | : Pemberian tanpa imbalan pada seseorang dengan serah terima. |
الصّدَقَةُ | : Pemberian tanpa ada imbalan untuk mendapatkan pahala, tanpa menyebutkan serah terima. |
الهدِيَّةُ | : Pemberian tanpa ada imbalan untuk memuliyakan tanpa memakai serah terima. |
الإِباحةُ | : Memperbolehkan seseorang untuk mengambil barang. |
هِبَةٌ بالثّوَابِ | : Pemberian dengan mensya-ratkan imbalan. |
نقْلُ اليَدِ | : Pemindahan kekuasaan. |
v Waqaf
الوَقْفُ | : Melepaskan hak milik benda yang bisa diambil manfaatnya tanpa mengurangi bendanya. |
المسْجِد | : Tempat yang disediakan untuk sholat dan bisa digunakan untuk I’tikaf. |
المُصلَّى | : Tempat yang disediakan untuk sholat namun tidak bisa dibuat tempat untuk I’tikaf . |
الناظِرُ | : Orang yang bertugas mengurusi, meramaikan masjid, menyewakan benda wakaf, merawat mauquf dan penghasilannya sekaligus membagikan pada orang yang berhak menerima. |
النّاظر الخص | : Orang yang ditunjuk menjadi nadzir. |
الناظر العام | : Imam, Qodli, Hakim, Ulama’. |
v Nikah
الوَلِى المُجبِرُ | : Wali yang berhak memaksa bikr (perawan) untuk menikah. |
المَهْرُ / الصَدَقُ | : Manfaat atau harta yang wajib diserahkan kepada istri dengan sebab nikah, wathi’ syubhat atau mati. |
المهْر المُسمَّى | : Mahar yang disebutkan pada waktu akad nikah. |
المهر المِثْل | : Mahar yang biasa diberikan pada perempuan yang sederajat dengan istri. |
نِكاحُ المُتْعة | : Nikah yang dibatasi dengan waktu. |
نكاح المُحلل | : Akad nikah dengan perjanjian ketika sudah disetubuhi akan ditalaq kembali. |
نكاح الشِّغار | : Pernikahan dengan perjanjian wali menikahkan anaknya atau saudara perempuan, maka si suami akan mengganti dengan anak saudara perempuannya untuk dinikahi si wali dengan meniadakan mahar yang wajib dibayar oleh keduanya. |
البِكْر | : Perempuan yang belum pernah diwathi’ baik dengan cara halal atau haram. |
الثَيبُ | : Perempuan yang hilang selaput darahnya dengan sebab di wathi’ baik dengan cara halal atau haram. |
العنَّة | : Impotensi baik karena faktor psykis atau lemahnya syaraf-syaraf penis. |
وطْءُ الشّبْهَة | : Mengauli wanita lain yang disangka istri/amatnya (budak perempuan). |
الطّلاق البدعى | : Mentalaq istri yang tidak hamil pada waktu haid/nifas dan pernah digauli atau pada waktu suci dan sudah digauli pada waktu suci tersebut. |
الطّلاقُ السُّنِّى | : Mentalaq istri yang belum pernah digauli pada waktu suci tersebut atau ketika haidl sebelumnya. |
الطلاق الجائز | : Mentalaq istri yang belum pernah digauli atau yang sudah mencapai menaupose, atau ketika hamil atau waktu kecil. |
الطلاق الباَئِنِ | : Thalaq yang tidak bisa dirujuk kembali, kecuali dengan memperbaharui akad nikah dan dengan adanya muhallil. |
الخُلْعُ | : Perceraian berdasarkan permintaaan istri dengan syarat menyerahkan ganti rugi pada suami. |
المحَلِّلُ | : Lelaki yang menikahi perempuan yang tertalaq tiga, dengan tujuan bisa dinikahi oleh suami pertama. |
العدَّةُ | : Masa penantian seorang wanita yang ditinggal mati atau diceraikan suaminya atau wathi’ syubhat. |
الاِسْتِبْراءُ | : Masa penantian seorang budak perempuan disebab-kan berganti tuan, dimerdeka-kan atau dithalaq suaminya. |
الإحْدَادُ | : Tidak merias diri karena ditinggal mati suaminya. |
البَرَصُ | : Warna putih kulit yang menghilangkan merah darah-nya kulit dan daging sekitar-nya. |
الرَتَقُ | : Tertutupnya lubang vagina disebabkan daging. |
القرن | : Tertutupnya lubang vagina disebabkan tulang. |
النشُوزُ | : Tidak menta’ati segala kewajiban terhadap suami. |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar