Senin, 18 April 2011

Bercinta setelah Nikah jauh lebih nikmat

Betapa indahnya agama Islam, ia mengatur cinta sesuai dengan naluri setiap makhluk Tuhan. Cinta antar manusia tentu tidak sama dengan cinta antar binatang, atau bahkan cinta Malaikat kepada Allah. Sebab diantara mereka mumpunyai perbedaan yang sangat jauh, baik dalam segi naluri atau etika dalam menjaga dan menjalin cinta yang suci. Oleh sebab itu, diaturlah naluri yang ada pada manusia dengan prinsip-prinsip yang bisa menjaga kesucian dan kebersihan kemanusiaan itu. Menurut Islam, keluarga harus terbentuk melalui pernikahan yang sah, hingga ketika ada sejoli yang hidup bersama tanpa melalui pernikahan yang sah, dianggap sebuah pelanggaran terhadap tatanan norma-norma kemanusiaan dan keagamaan.
Pernikahan oleh Islam diposisikan sebagai satu hal yang bersifat sakral, yang di dalamnya mengandung nilai-nilai vertikal maupun horizontal. Hal ini merupakan upaya untuk menciptakan kehidupan manusia yang beradab dan jauh dari praktek kebinatangan. Sebagian dari legalitas al-Qur’an dalam menuntun lembaga pernikahan ialah:
وَمِنْ أَيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِتَسْكُنُوْآ إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَوَدَّةً وَرَحْمَةً ، إِنَّ فِيْ ذٰلِكَ َلأٰيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُوْنَ (الروم : 21)
“Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah, Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan dijadikannya diantaramu rasa kasih sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir”. (QS. Ar-Rum 21).

Selain ayat al-Quran yang begitu banyak dalam memberikan anjuran untuk menikah, terdapat pula hadis Nabi, diantaranya yang di riwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Ibnu Mas’ud r.a.:
يَامَعْشَرَ الشَّبَابِ مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمُ الْبَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ فَإِنَّهُ أَغَضُّ لِلْبَصَرِ وَأَحْصَنُ لِلْفَرْجِ ، وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَعَلَيْهِ بِالصَّوْمِ فَإِنَّهُ لَهُ وِجَاءٌ (الحديث)
“Wahai kawula muda, siapa diantara kalian yang sudah punya bekal menikah, maka menikahlah karena nikah itu lebih menjaga mata dan lebih menjaga kehormatan (farji). Dan barabg siapa yang belum mampu maka sebaiknya berpuasa, karena puasa itu menciptakan keseimbangan”. (HR. Bukhori)
Namun kenyataannya banyak orang yang takut untuk menikah. Banyak yang menyangka bahwa pacaran lebih indah, nyaman, dan enak dibandingkan setelah pernikahan. Padahal seseorang yang telah menikah, siapapun ia, baik laki-laki atau perempuan, pasti dapat memiliki pasangannya sepenuh hati dan akan merasakan cinta dan kasih sayang yang sebenarnya. Ketika sedih ada teman untuk mengadu, ketika susah ada tempat untuk curhat, apalagi ketika bahagia akan lebih indah dan terasa lebih sempurna. Yang paling penting lagi, pernikahan membuat kita bebas “bergaul” dengan pasangan dan berpahala, karena cinta kita telah dilegalkan oleh agama dan negara.
Selain itu, sesuatu yang dirasakan setelah pernikahan tidaklah sama ketika sebelum adanya ikatan nikah. Seorang yang telah menikah lebih megedepankan rasa empati dan mengurangi sifat egoisme. Rasa memiliki diantara keduanya menjadi sempurna, sehingga sangat pantas jika dalam bahasa Jawa disebut “garwo” alias sigare nyowo (separuh nyawa). Jika sebelum menikah lebih mengedapankan tuntutan masing-masing, setelah menikah akan memperioritaskan kewajiban masing-masing. Yang akan timbul selanjutnya adalah sifat saling mengalah demi membahagiakan pasangan masing-masing. Coba bandingkan dengan mereka yang masih pacaran, selalu cekcok demi satu tujuan, menuntut hak masing-masing, tanpa memperdulikan kondisi dan situasi dari pasangannya.
Pernikahan membawa berkah, pernikahan membawa keindahan, pernikahan menghilangkan egoisme, dan pernikahan mendatangkan rizki yang tidak disangka-sangka. Selamat menikah bagi Anda yang sudah saatnya menikah. Selamat menikmati babak baru yang penuh berkah dan penuh rahmat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar