Senin, 18 April 2011

Anugerah cinta

Cinta adalah anugerah Allah Swt. yang sangat istimewa. Dengan cinta manusia bisa menjalani kehidupan secara dinamis. Lika-liku cinta tidak akan pernah selesai dibicarakan. Karena cinta memiliki daya magis yang membuat manusia tidak bosan membicarakannya. Lain halnya dengan makhluk selain manusia, seperti binatang. Lika-liku cinta diantara mereka hanya berkisar pada pemuasan nafsu seksual belaka. Sementara lika-liku cinta di kalangan Malaikat hanya terbatas pada ketaatan mereka kepada Tuhan. Bandingkan dengan manusia yang hakikat cintanya mampu menggabungkan keduanya.
Karena itu, jika kita hendak memahami anugerah cinta, maka kita harus membiarkan cinta itu tumbuh apa adanya. Biarlah cinta itu sendiri yang berbicara. Biarlah rona-rona asmara merebak dalam jiwa tanpa didasari pamrih apa-apa. Jangan mengintervesi perasaan cinta dengan maksud-maksud lain di luar “dirinya sendiri”. Pendek kata, cinta sejati adalah cinta yang tidak didasarkan pada kebutuhan apa-apa. Cinta sejati tidak menginginkan apa-apa, pokoknya cinta! “Cinta adalah cinta,” demikian bunyi salah satu lirik lagu PADI. Atau dalam ungkapan sya’ir:
أُحِبُّكَ لاَأَرْجُوْ بِذَلِكَ أَمْوَالاً  وَلاَ أَرْتَجِىْ ثَوَابًا وَأَنْتَ مُرَادٌ
Aku mencintaimu, aku tak berharap apapun darimu, baik harta ataupun pakaian. Yang kuharapkan hanya engkau semata.

Cinta karena kecantikan, cinta karena kemolekan tubuh, cinta karena harta, cinta karena jabatan, semua itu bohong belaka dan bukanlah cinta sejati. Karena jika rasa cinta didasarkan atas predikat-predikat tersebut, ketika semua itu telah hilang atau berubah, maka akan pudar pula rasa cinta dalam hati. Karena yang dicintai bukanlah “cinta” itu sendiri, melainkan predikat-predikatnya.
Lepas dari itu semua, sering terjadi cinta kepada Allah Swt sering dikorbankan hanya karena cinta kepada makhluk-Nya, termasuk rasa cinta suami kepada istrinya. Padahal cinta antara suami dan istri, apalagi sebelum pernikahan, harus berlandaskan cinta kepada Ilahi. Jika cinta dengan sepenuh hati dipasrahkan kepada Sang Pencipta, maka Dia dengan rahmat-Nya akan menitipkan rasa cinta yang sejati di dalam hati para hamba dan makhluk-Nya.
Cinta kepada Allah Swt. dapat menjelma menjadi cinta suci diantara suami-istri. Cinta kepada-Nya menjadikan hubungan cinta suami-istri bebas dari ikatan rupa, derajat, keturunan, serta dapat mengikat dua hati menjadi satu.
Imam al-Ghazali menyatakn; “Apabila seseorang mencintai orang lain karena Allah Swt, maka hendaknya bila membencinya juga karena Allah Swt. Sebab puncak kecintaan kepada manusia mestilah karena ia amat taat kepada Allah Swt, ataupun karena ia dicintai Allah Swt disebabkan amalan-amalannya yang baik. Tetapi bila orang itu bermaksiat kepada-Nya, tentulah Anda akan membencinya karena ia mendurhakai Allah Swt dan terkutuk di sisi-Nya”.
Oleh sebab itu, marilah kita tuntun cinta kita ke jalan yang mulia dengan aturan-aturan agama, agar cinta tetap survive dalam kesuciannya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar